• Korewa zombie desuka
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor.Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor.

Baekhyun, The Angel Of Chanyeol

Author : Ongin88
Pairing : ChanBaek
Genre : Brothership    

"Kau sangat aneh jika sakit" -Baekhyun
"Begitukah? Sepertinya, aku terlihat unik saat itu" -Chanyeol

Hembusan angin malam yang terasa dingin menerpa wajahku. Keheningan menjadi suasana familiar saat ini, di mana beberapa orang di sekitarku tengah asyik dalam pejaman matanya-menikmati alunan musik dari headset yang tersambung ke dalam ponsel di genggamannya-. Ini suasana yang tak asing bagi kami. Lelah. Ya, itulah alasan terciptanya keheningan ini. Namun, kurasa ada sedikit yang berbeda. Joonma Hyung? Dia baik-baik saja. Kyungsoo? Mata bulatnya tertutup,  lucu sekali. Jongin? Tidur bersandar pada bahu Kyungsoo dengan headset yang masih terpasang di telinganya. Sehun? Yeah, sama seperti Jongin, tapi dia bersandar pada kaca mobil. Chen? Tengah berlovey dovey dengan smartphone-nya, kurasa dia sedang menghafal lirik lagu. Umin Hyung? Tidurnya Terlihat nyenyak, dan Oh Tuhan... Wajahnya imut sekali jika dilihat dari jarak sedekat ini. Ah, aku ingin memeluknya.
"Eunghh. Baekkie, wae?" Tanya Umin Hyung. Rupanya, dia belum tidur sepenuhnya.
"Ani. Aku hanya gemas melihat wajahmu. Jadi, kulampiaskan saja dengan memelukmu, Hyung," jawabku, perlahan melepas pelukannya.
"Seimut itukah aku?"
"Nde. Geundae, mianhae. Apa aku mengganggu tidurmu, Hyung?"
"Tentu tidak. Kau boleh memelukku lagi. Tapi, bolehkah aku tidur lagi? Hooaamm..." Oh, dia sangat lucu saat menguap. Aku terkekeh melihatnya seperti tak tidur lebih dari  satu minggu.
"Tentu saja, Hyungie. Selamat tidur." Umin Hyung yang duduk di samping kananku tidur kembali. Tak ada Yixing Hyung di sini. Dia tengah berada di negeri kelahirannya saat ini. Di samping kiriku? Si Park Dobi itu juga tengah tertidur. Namun, dia terus bergerak dengan lenguhan-lenguhan kecil yang sedikit membangkitkan rasa penasaranku. Kuperhatikan detail wajahnya, dan aku menemukan sesuatu. Dia tampak pucat dengan bulir-bulir keringat yang membasahai kening hingga rahangnya. Apa dia sakit? Oh God, aku tak tega.
"Yeollie, gwaenchana?" Tanyaku, memegang keningnya yang terasa hangat. Aku yakin, Chanyeol sakit.
"Tenang Yeol, aku akan menjagamu," kuselimuti tubuhnya dengan jaketku-oh, terlihat sangat kecil di tubuhnya-dan kututup kaca mobil agar dia terhindar dari angin malam yang sangat dingin ini.

***

Sinar mentari menerobos masuk melalui celah ventilasi di atas jendela yang terbebas dari tirai. Mataku terbuka perlahan-sudah pasti karena sinar itu-dengan kerjapan-kerjapan kecil untuk memperjelas penglihatan. Aku menguap lebar. Ah, mungkin ini efek dari beberapa konser kami yang menguras tenagaku. Sebenarnya, aku masih ingin berkelana di dunia mimpi. Namun, suara seseorang mengintruksiku untuk kembali ke dunia nyata.
"Hah! Hah! Hah!"
Kudengarkan suara itu lebih teliti, dan sepertinya bersumber dari bibir Si Namja Tower yang terlentang di single bed tak jauh dariku.
"Channie?" Ucapku, seraya duduk di pinggiran kasur, menapakkan telapak kaki di lantai yang cukup dingin.
"Yeollie?" Masih tak ada jawaban. Baik, aku akan menghampirinya.
"Chanyeol?" Aishh, posisinya memunggungiku. Apa dia Masih tidur?
"Yak! Park Chanyeol!" Teriakku, lalu membalikan tubuhnya dalam satu hentakan. Oh God, dia tampak terengah-engah. Ada Apa ini?
"Yeollie, gwaenchana?" Tanyaku, panik. Kupegang keningnya yang banjir keringat dan terasa panas. Aissh, aku baru ingat si Tiang ini sakit semalam. Sepertinya, aku harus mengambil air dingin dan sapu tangan untuk mengompres keningnya.
Aku berlari menuju dapur dan yeah, dugaanku benar-Kyungsoo yang tengah menyiapkan sarapan menatapku dengan dahi yang mengerut-.
"Baek Hyung, ada apa denganmu?"
"Chanyeol sakit, Kyung. Bisa tolong ambilkan aku sapu tangan? Aku akan mengambil air dingin untuk mengompres keningnya," jawabku, menuangkan air ke dalam sebuah wadah.
"Ini, Hyung," ucap Kyungsoo, menyodorkan sapu tangan bercorak pororo padaku.
"Aihh, seleramu lucu sekali, Nae Kyungie..."
"Cukup Hyung, itu menggelikan," jawabnya, dengan pout bibir yang menggemaskan. "Aku akan membuatkan sarapan untuk Channie Hyung. Tunggu, nde."
"Kau antarkan saja ke kamarku nanti. Chanyeol benar-benar membutuhkanku saat ini."
Aku berlari lagi dengan kecepatan semaksimal mungkin. Yeollie, tunggu aku.
"Cklek"
"Eunghh... Baekkie?" Ah, aku bersyukur, Tuhan. Adikku Bisa bangun ternyata.
"Nde, Yeol? Gwaenchana?" Tanyaku, menghampirinya.
"Kepalaku rasanya sakit sekali, Baek," ucapnya, dengan tangan memegang kepala dan berusaha duduk.
"Berbaringlah. Aku akan mengompres keningmu."
Kumasukkan sapu tangan itu ke dalam air yang kubawa. Kuperas perlahan dan kuletakkan di keningnya. Uhh, panas sekali. "Kau pasti terlalu lelah, Yeol. Tapi, tak biasanya kau sakit, yeah walaupun jadwal kita padat."
"Aku tak tahu juga. Eunghh, sakit itu tidak enak."
"Tentu saja. Yeol, kurasa, kau tidak makan kemarin?" Tanyaku, mengelus rambutnya agar dia merasa lebih nyaman.
"Benarkah? Coba kuingat dulu,"
"Aishh Kau ini! Aku mengingatnya, pabbo! Saat di backstage wajahmu sudah terlihat pucat. Hah, jika saat itu aku tahu kau sakit, aku tak akan membiarkanmu tampil di konser kita,"
"Mianhae. Aku tak ingin merepotkan kalian, terutama kau, Baek," jawabnya, menggenggam tangan kiriku-yang kuletakkan di atas perutnya-.
"Huh? Bukankah setiap hari kau merepotkanku, Yeol?"
"Apa maksudmu? Kurasa tidak."
"Tak pernah absen mengatakan 'Bebek Kerdil' menurutku, itu salah satu contoh. Ah, lebih tepatnya bukti."
"Benar juga. Kalau begitu, aku minta maaf..." ujarnya, dengan mengalihkan tangannya-yang memegang tanganku-ke arah ujung bajunya. Aku terkekeh melihat si Happy Virus itu memainkan ujung bajunya. Seperti anak kecil saja.
"Nae Saengie neomu kyeopta~" kucubit pipinya yang sedikit gembul itu. Tapi ingat, tak segembul milik Umin Hyung.
"Ahh Baek, appo..."
"Biarkan saja. Anggaplah ini sebagai pengobatan alternatif agar kau cepat sembuh, Yeol, hahaha."
"Ahh Baek, hentikan!"
"Tidak akan, sebelum kau memanggilku Hyung dan mengatakan 'Yeollie sangat cantik melebihi Yoona Noona'"
"Baek Hyung, Yeollie sangat cantik melebihi Yoona Noona~" Aigoo, lihatlah pemilik suara bass ini lucu sekali.
Aku tertawa puas, lalu menghentikan cubitanku dan beralih menatap apa yang Chanyeol tatap.
"Channie Hyung, kau menggelikan!" Ucap Kyungsoo yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu dengan sebuah nampan di tangannya.
"Awas kau, Byun!"
***
Pagi menyapa dunia dengan sinar mentarinya. Denting jam dinding bergambar photoshoot kami dalam album XOXO itu terdengar jelas. Sebenarnya, ini tidak begitu pagi, tepatnya pukul 06.30 KST. Tapi, si Dobi di sampingku ini masih menutup matanya dengan tenang. Menyebalkan! Apa tangannya tak pegal memelukku sepanjang malam hingga sekarang ini? Ah, tidak-tidak. Bukan dia yang menderita di sini, melainkan aku sendiri. Ya Tuhan, sesak sekali...
"Aishh, ottokkhae?!"
"Srekk..." Huh! Syukurlah dia sedikit menggeserkan tangan kanannya yang memelukku.
"Hoaaammm!! Selamat pagi, Baek!" Ucapnya, menggesek-gesekkan punggung tangan kirinya ke kelopak matanya. Anak ini, seperti bocah saja!
"Kau masih berani mengucapkan selamat pagi padaku, Park?!"
"Huh? Kau ini kenapa? Aneh sekali!"
"Ya Tuhan, Chanyeol kurasa kau memiliki suatu penyakit langka."
"Mwo? Itu tidak mungkin, Baek."
"Aku ingin bertanya. Apa semalam tidurmu nyenyak?" Tanyaku, Lalu duduk menghadapnya. Dia pun duduk menghadapku.
"Ah, benar sekali. Aku tidur memeluk sebuah guling yang luar biasa empuk. Tapi, tunggu. Gulingnya ke mana Ya?"
"Bunuh aku sekarang, Chanyeol!!!"
"Wae?" Teriaknya, membulatkan mata hampir menyerupai milik Kyungsoo.
"Aishh, sudahlah! Aku membencimu!"
"Lho? Aneh sekali!" Jawabnya, seraya berdiri dengan wajah yang sungguh tanpa dosa.
"Kau mau kemana?" Tanyaku, menarik lengan kirinya hingga dia kembali duduk. Kupegang keningnya dan oh, terima kasih Tuhan demamnya sudah hilang.
"Aku lapar," balasnya, mempoutkan bibir. Aigoo, imut sekali.
"Begitukah? Biar aku saja yang mengambil sarapan untukmu."
"Tidak, Baek. Aku bosan. Ah, tepatnya aku rindu alien-alien ricuh itu. Lagipula, aku baik-baik saja kan?"
"Geundae, apa kau yakin?"
"Nde. Bolehkan, Baek? Jebal..."
"Hmm..." Aku mengangguk, tersenyum. "Silakan. Tunggu apa lagi?"
"Tanganmu, Byun," ujarnya, melirik tangan kananku yang masih memegang lengan kirinya. Aihh, memalukan!
"Jangan bertindak aneh, Yeol."
"Oke, Hyung! Para saeng dan Hyungdeul..... Tunggu pelukanku!!!" Teriaknya, setengah berlari keluar kamar kami. Syukurlah, kau kembali lagi, Yeol.
***
Malam tengah menyelimuti bumi. Dengkuran halus terdengar beriringan dengan denting jam dinding. Suasana sekarang cukup hening, berbanding terbalik dengan suasana tadi di mana bangunan ini terasa seperti sebuah stadion yang tengah mempertontonkan pertandingan sepakbola. Untung saja, listriknya mati. Tentu saja itu membuat mereka tak berkutik. Hanya ada kata-kata menakutkan-yang kurasa ini tak menarik-dari Joonma Hyung yang berhasil membuat duo maknae line plus Jongdae menghentikan aksi lempar hinanya. Setakut itukah mereka? Entahlah. Untuk apa dibahas? Toh, 3 orang berisik itu sudah tidur, dan semuanya tertidur di atas karpet dengan posisinya yang uh! Sangat tidak elit. Jongdae berbaring terlentang dengan kepala Jongin diapit ketiaknya. Sedangkan Sehun, dia tidur dengan mulut terbuka lebar dan kakinya berada di atas kepala si Kkamjong. Apa tidurku seperti mereka ya?
"Baek?" Tanya Chanyeol, mengagetkanku.
"Nde?"
"Kulihat, kau memperhatikan 3 orang itu?"
"Ani. Aku hanya berfikir, apa posisi tidurku seperti mereka?"
"Seharusnya, kau tanyakan itu langsung padaku."
"Shireo! Aku masih cerdas atas cerita-cerita fiksimu."
"Apa harus selalu aku yang menjadi objek tuduhanmu?"
"Tanyakan saja pada dirimu." Umm! Yummy! Mengapa strawberry ini enak sekali?
"Ayolah, Baek. Kau harus tau posisi tidurmu," rengeknya, seraya mengubah posisi duduknya, menghadapku.
"Tidak, terima kasih."
"Kau menyebalkan!" Aigoo, wajah cemberutnya lucu sekali. Hah, aku ingin mencubitnya.
"Ahh appo..." teriaknya, cukup menggelegar, hingga membangunkan si Evil Maknae.
"Donghae Hyung berisik!" Katanya, lalu tertidur kembali dengan kepala di atas perut Jongin.
"Aih, ada apa dengan anak itu?" Gumamku, setengah terkekeh.
"Yak! Lepaskan! Kau ini selalu saja mencubit pipiku. Aish, wae wae wae?" Chanyeol menjauhkan tanganku dari pipinya.
"Karena, aku suka pipimu, Yeollie..."
"Ah, terserahlah. Geundae, apa strawberry-nya enak?"
"Tentu saja. Gomawo, Yeol..." Oh ya, saat ini posisi kami berada di sofa ruang tengah. Aku tengah memakan strawberry pemberian Chanyeol. Aku sendiri tidak tahu mengapa dia memberiku buah kesukaanku ini.
"Nde." Hening sejenak. Tak ada suara apapun karena semua penghuni di sini sudah bermain di alam mimpinya-kecuali kami-. "
"Oh ya Yeol, kurasa kau tak sembarangan membelikan strawberry untukku. Kau pasti merencanakan sesuatu."
"Aishh. Sepertinya, aku begitu licik di matamu."
"Ya, sepertinya."
"Huffft..." dia menghembuskan nafasnya pelan. "Dengarkan. Aku membelikanmu strawberry sebagai tanda terima kasihku, karena kau sudah menjagaku saat aku sakit."
"Jinjja?"
"Nde. Masih tak percaya?"
"Ani. Mianhe, Yeol."
"Aku memaafkanmu, Baek," dia tersenyum, menampakkan eyesmile-nya.
"Yeol?"
"Hm?"
"Kau sangat aneh jika sakit."
"Begitukah? Kurasa, aku terlihat unik saat itu."
"Benar sekali. Kau hanya tidur dan makan. Aku tak ingat, kau mandi tidak, Yeol?"
"Yak! Tubuhku masih memerlukan air, pabbo!"
"Benarkah? Ahh iya, aku yang menyiapkan air hangat untukmu. Aku pula yang membantumu berjalan menuju toilet. Uhh, aku seperti malaikat saja saat itu," ucapku, seraya mengunyah strawberry, lalu menelannya. Mengunyah lagi, lalu menelannya. Seperti itu seterusnya, sampai strawberryku habis.
"Sombong sekali."
"Yeol, strawberry-nya habis."
"Lalu?"
"Aku masih ingin," kutarik lengan kirinya berulang-ulang.
"Tidak, ini sudah malam."
"Ayolah, Yeol... Bbuing~ Bbuing~" semoga aegyo-ku berhasil!
"Tidak, Baek..." kutarik terus lengan kirinya-seperti seorang anak yang meminta lollipop pada ibunya-.
"Bbuing~ Bbuing~"
"Tidak, Hyung."
"Yeol, Bbuing~ Bbuing~" Chanyeol menatapku lama. Ini pasti berhasil.
"Aishh, geurae. Tapi tidak sekarang."
"Huh? Wae?"
"Aku ngantuk, Baek. Besok saja Nde?"
"Shireo!"
"Tidak mau? Ya sudah, tak apa-apa."
"Yak! Kapan aku bilang tidak mau?"
"Beberapa detik yang lalu. Apa kau lupa?"
"Aishh! Ya sudah, besok belikan aku strawberry sebanyak yang kumau. Arra?"
"Arrasseo. Hoammmm!" Dia menguap dengan lucunya, aigoo...
"Ayo tidur!"
"Hmm!" Kupegang lengannya menuju kamar kami. Uhh anak ini, tubuhnya tinggi sekali jika dibandingkan denganku. Wajahnya saja yang terlihat manly, tapi sifatnya seperti anak-anak. Dongsaeng yang sungguh-sungguh kyeopta.
***

1 komentar:

Anonim at: 27 Januari 2022 pukul 14.25 mengatakan...

Baccarat - Betfair Casino
Baccarat. หาเงินออนไลน์ Baccarat is a two-card poker game that allows players to bet on either the banker or the febcasino player to win a particular game. When you bet 메리트카지노

Posting Komentar

 

Eucliwood hellscythe Theme | Copyright © 2012 EXOTIC, All Rights Reserved. Design by Djogzs, | Johanes djogan